Rabu, 13 Mei 2009
Chan terlahir di kota jogja pada tanggal 23 maret 1987 disebuah kota kecil di sebelah barat kota jogja tepatnya di kota sleman. Anak pertama dari dua bersaudara. Chan lahir disebuah desa yang kental dengan religinya, semangat bekerjanya, ramah penduduknya. Sebuah desa disebelah selatan kota sleman, desa dimana sudah banyak menorehkan banyak kenangan yaitu desa kedungbanteng. Kenapa disebut desa kedungbanteng, konon ditempat itu ada sebuah ladang yang luas yang dipenuhi banyak banteng ( sebangsa kerbau tapi liar ) dan didekatnya ada sebuah kedung ( seperti danau tapi berwujud sungai mengalir yang begitu besar ). Dan kedung itu digunakan untuk mandi banteng-banteng tersebut setelah seharian berjemur di ladang yang panas. Seiring dengan berkembangnya zaman kini banteng, ladang sudah hilang termakan bumi, tinggal kedung itupun sudah jauh dari dulunya. Sekarang kedung itu menjadi sebuah sungai seperti suangai-sungai biasanya. Jadi seperti itulah cerita singkatnya.
Ditempat itulah chan dibesarkan dan ditempat itulah chan mendapatkan banyak kenangan yang begitu bermakna bagi hidup chan. Sebuah desa yang masih alami, banyak pepohonan dan pastinya masih jauh dari polusi udara. Ditempat itu juga kita masih bisa menemukan khas pedesaan ada ayam di siang hari, suara jangkrik di malam hari dan suara kicauan burung di pagi hari.
Ditempat kelahiran chan ini juga, banyak kegiatan yang bersifat kemasyarakatan. Dan juga ditempat kelahiran chan ini berdiri sebuah masjid yang diberi nama masjid jami’ kedungbanteng yang konon meninggalkan banyak kenangan dari orang-orang terdahulu. Selain bangunan masjid juga berdiri sebuah sekolah dasar SD Muh Kedungbanteng 1 , SD dimana chan pernah belajar menimba ilmu ditempat itu. Selain bangunan masjid dan sekolah dasar juga didesa ini dibangun sebuah pondok pesantren. Sebuah pondok kecil untuk menimba ilmu dalam belajar Al Qur’an. Sebuah pondok yang kini kian sepi, tapi meskipun demikian alhamdulillah sampai sekarang kegiatan belajar Al Qur’an di pondok itu tetap berjalan. Sebuah pondok kecil yang diberi nama Pondok Pesantren Abdul Manan. Sudah banyak kyai kyai yang terlahir dari pondok itu.
Desa kedungbanteng ini, konon namanya terkenal di kota jogja, khususnya di kota sleman. Hal begitu membanggakan bagi masyarakat kedungbanteng sendiri, dalam hal baca Al Qur’an itulah konon desa ini terkenal. Dan konon desa kedungbanteng ini pernah mendapat julukan “ serambi ka’bah nya kota sleman “ subhanallah.
banyak fasilitas kegiatan untuk menimba ilmu agama di desa ini, pagi di sekolahan, sore di TPA ( Taman Pendidikan Al Qur’an ), malam di Madrasah. Dan juga ada kegiatan yang sifatnya mingguan, seperti pengajian buat anak-anak pada malam jum’at dan malam minggu, pengajian buat bapak-bapak pada malam jum’at, dan pengajian buat ibu-ibu pada malam senin dan malam kamis dan masih banyak kegiatan ang lain termasuk kegiatan yang sifatnya bulanan.
Pokonya tidak menyesal hidup dilingkungan yang seperti itu... hehehehe,
Ditempat itulah chan dibesarkan dan ditempat itulah chan mendapatkan banyak kenangan yang begitu bermakna bagi hidup chan. Sebuah desa yang masih alami, banyak pepohonan dan pastinya masih jauh dari polusi udara. Ditempat itu juga kita masih bisa menemukan khas pedesaan ada ayam di siang hari, suara jangkrik di malam hari dan suara kicauan burung di pagi hari.
Ditempat kelahiran chan ini juga, banyak kegiatan yang bersifat kemasyarakatan. Dan juga ditempat kelahiran chan ini berdiri sebuah masjid yang diberi nama masjid jami’ kedungbanteng yang konon meninggalkan banyak kenangan dari orang-orang terdahulu. Selain bangunan masjid juga berdiri sebuah sekolah dasar SD Muh Kedungbanteng 1 , SD dimana chan pernah belajar menimba ilmu ditempat itu. Selain bangunan masjid dan sekolah dasar juga didesa ini dibangun sebuah pondok pesantren. Sebuah pondok kecil untuk menimba ilmu dalam belajar Al Qur’an. Sebuah pondok yang kini kian sepi, tapi meskipun demikian alhamdulillah sampai sekarang kegiatan belajar Al Qur’an di pondok itu tetap berjalan. Sebuah pondok kecil yang diberi nama Pondok Pesantren Abdul Manan. Sudah banyak kyai kyai yang terlahir dari pondok itu.
Desa kedungbanteng ini, konon namanya terkenal di kota jogja, khususnya di kota sleman. Hal begitu membanggakan bagi masyarakat kedungbanteng sendiri, dalam hal baca Al Qur’an itulah konon desa ini terkenal. Dan konon desa kedungbanteng ini pernah mendapat julukan “ serambi ka’bah nya kota sleman “ subhanallah.
banyak fasilitas kegiatan untuk menimba ilmu agama di desa ini, pagi di sekolahan, sore di TPA ( Taman Pendidikan Al Qur’an ), malam di Madrasah. Dan juga ada kegiatan yang sifatnya mingguan, seperti pengajian buat anak-anak pada malam jum’at dan malam minggu, pengajian buat bapak-bapak pada malam jum’at, dan pengajian buat ibu-ibu pada malam senin dan malam kamis dan masih banyak kegiatan ang lain termasuk kegiatan yang sifatnya bulanan.
Pokonya tidak menyesal hidup dilingkungan yang seperti itu... hehehehe,
Leave your response